Alhamdulillah
masih bisa nyempetin posting di blog ini walaupun tugas membanjir. Tapi tetep,
santai tapi serius. Tugasnya sebagaian sudah kelar kok. Sebagaian, right! Kalau
dulu aku pernah bilang, aku kalau ngerjain tugas sampai titik waktu
penghabisan. Tugas selesai aja masih mau untuk mengoreksi kembali dan revisi. Bagaimana
menilainya? Masih berasa tidak terpuaskan dengan usaha yang ada. Lalu, masih berlakukah
itu sampai semester ini? Hebat kalo masih bertahan. Hohoho.
Langsung
saja ya, aku mau cerita tentang lomba hias tumpeng. Lomba hias tumpeng kemaren
begitu berkesan, friends. Bagaimana tidak? Aku dan timku dapat juara 1.
Alhamdulillaaaaah. Subhanallah!! Hadiahnya uang 250.000 rupiah. Tapi yang
terpenting bukan hadiahnya, kawan. Uang hadiahnya masuk kas, bukan masuk
kantong kita. Huh, sedih. Hehe. Bukan-bukan, yang bener yang ini, yang bener
pengalamannya. Yak, udah tiga kali ini, ini kali ketiga aku ikut lomba hias
tumpeng. Dan tarrrraaa, menang! Yang buat terharu, ini adalah lomba hias
tumpeng terakhir yang aku ikuti selama menjadi mahasiswa. Mengapa terakhir? maklum,
mahasiswa tingkat mendekati akhir, hehehe. Semester 6, yah... semester yang
katanya sebagian mahasiswa ‘bila merasa jenuh dengan tugas-tugas kuliah yang
sulit, rasanya pengen nikah’. Hahaha. Sekarang masih usia 21 tahun. Mendekati dewasa
lah, lalu untuk memikirkan masalah menikah menurutku itu wajar-wajar saja buat
cewek. Aku pernah godain pacarku. Aku iseng nanya “Aa’ kapan kita nikah?” Yah
malah dia ketawa sambil bilang “Aduh pertanyaannya berat, beraaaat...” Yah,
kecewa lah ya nggak dijawab. Tapi giliran pas dia bilang tiba-tiba ngajak aku
ke rumahnya dan mau dikenalkan sama keluarganya, aku malah diam mematung.
Eits,
kembali ke topik pembahasan. Lomba tumpeng kali ini begitu berkesan karena aku
montang-manting kesana kemari cari ide, cari tempat pesen tumpengnya dimana,
ngambil tumpengnya sampek aku bolak-balik dua kali. Aku ditempatkan di kelas
baru, friends. Karena kelas baru jadi masih ada adaptasi dan ada sedikit banyak
miss komunikasi. Tapi tak apalah,
semua itu terbayar lunas dengan kemenangan ini. Kata ibu, aku menang bukan
karena beruntung, tapi aku menang karena pengalaman sudah ikut lomba hias
tumpeng berkali-kali. “Makanya jurinya
kasihan, kok Fikahati ikut lomba terus, kali ini dimenangin ah,” imbuh
beliau. Walla, aya-aya wae sih ibu ini, mesti mendukung anaknya dengan cara
yang mainstream.
Ini foto-foto
aku pas lomba hias tumpeng dari tahun pertama, tahun kedua, dan tahun ketiga
kuliah. Cekidot! >_<
Lomba hias tumpeng pas aku masih duduk di semester 1.
Lomba hias tumpeng semester 3. Kagak dapat juara juga.
Tarraa, tumpeng juara satu tema NKRI Nusantara lewaaaat. Aku tetep kelihatan paling kecil sendiri. Hik, hik, hik!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar