Hallooo, teman-temin! Nggak kerasa udah Februari aja nih. Awal masuk perkuliahan di semester 6 ini, di jurusanku merayakan Dies Natalis. Dies Natalis alias DN kali ini terasa sedikit sakral dan istimewa karena merupakan HUT Perak ke 25 tahun. Sebenarnya 25 tahun itu usia didirikannya jurusan tempat aku menempuh pendidikan ini namun untuk prodi D2, sedangkan untuk prodiku yaitu S1 masih 7 tahun. Usia yang masih muda banget kan guys! Usia 7 tahun itu layaknya anak-anak yang masih kelas 3 SD yang sedang imut-imutnya mengenal pelajaran macam-macam gerak dalam IPA. Nah, salah satu acara DN adalah lomba dongeng. Sebenernya aku sedih guys, karena gak ikut lomba ini nih. Mana di kelas nggak ada yang milih aku sih. Akunya nggak berani pisan mencalonkan diri. Akhirnya temen aku yang berasal dari daerah Sumbawa yang dicalonkan untuk mengikuti lomba bergengsi ini. Hohoho... dan aku kembali kerja dibalik layar, aku yang bikin dongengnya. Dengan sedikit ngintip-ngintip buku kumpulan fabel untuk anak, aku mulai membuat dongeng ini. Taraaa, dalam waktu 2 jam aku berhasil membuahkan dongeng ini. Dongengnya bertema cinta tanah air. Tapi judulnya kurang sinkron yaa sama isinya. Itu judulnya temenku yang pesen dan aku hanya buat dongengnya aja. Sayang juga kalo nggak aku post di blog kesayanganku ini. Akhirnya aku share ini buat kalian-kalian ya. Selamat membaca! >_~
Aku, Sia, Lan Sakabehe
Oleh: Fikahati Rachmawati
(Sia=bahasa Sumbawa, artinya 'kamu')
Pada suatu hari, di sebuah negeri
gemah ripah loh jinawi, hiduplah sekelompok hewan. Hewan-hewan tersebut tinggal
di sebuah suaka marga satwa yang letaknya terpencil di perbatasan Indonesia nan
jauh dari hinggar binggar kota. Sekelompok hewan tersebut adalah kuda Sumbawa,
ayam Jawa, sapi Madura, harimau Sumatera, dan elang Jawa. Sesuai dengan
namanya, masing-masing hewan tersebut berasal dari daerah yang berbeda-beda di
nusantara ini. Kelima hewan tersebut sering terlihat bersama. Walaupun mereka
berlima mempunyai logat bahasa yang berbeda, namun mereka tetap hidup rukun dan
saling gotong royong.
Pada
suatu pagi, dunia suaka marga satwa dibuat cemas. Bagaimana tidak cemas, kuda
Sumbawa mendengar berita bahwa orang asing mengklaim daerah saka marga satwa
ini sebagai miliknya. Sebagai gantinya, suaka marga satwa ini akan digusur dan
dibangun gedung pencakar langit milik negara lain. Kuda Sumbawa yang mendengar
berita itu menjadi geram, lalu ia berjalan mendekat ke arah teman-temannya yang
sedang berbagi makanan.
“Teman-teman, ada kabar buruk
hari ini!,” kata kuda Sumbawa sedih.
“Berita apa?” sahut sapi Madura
sambil mengunyah rumput yang penuh di mulutnya.
“Orang asing mengklaim suaka
marga satwa ini sebagai milik negaranya,” jawab kuda Sumbawa tegas.
“Apa! Ciyus? Jangan bercanda
kamu,” sahut ayam Jawa.
“Iya, ini serius. Saya melihat
tadi orang asing itu datang dan memaksa pengurus suaka marga satwa ini untuk
pindah secepatnya,” kata kuda Sumbawa.
“Wah, kita tidak bisa diam saja
menanggapi hal ini, kita ganyang penjajah itu!” kata harimau Sumatera.
“Iya, benar. Kita harus segera
mengatasi hal ini. Kita harus menjaga dan mempertahankan tanah air kita ini
sampai titik darah penghabisan!” kata elang Jawa berapi-api.
Keesokan harinya, orang asing
datang lagi ke suaka marga satwa dengan membawa dua orang ajudan dan senjata
laras panjang. Orang asing tersebut memaksa pengurus suaka marga satwa agar
segera menutup suaka marga satwa itu.
“Hei, kamu pindah sekarang!
Tempat ini milik kami!” kata orang asing dengan setengah berteriak.
“Tidak! Tanah ini milik kami,
milik Indonesia. Kalian tidak berhak mengakuinya!” balas si pengurus suaka
marga satwa dengan tegas.
“Suaka marga satwa ini jelek dan
tidak terawat. Banyak hewan-hewan yang mati. Bahkan tidak ada perhatian sama
sekali dari pemerintah Indonesia. Jika kalian memberikan tanah ini kepada kami,
kami berjanji akan membangun dan memperbaiki suaka marga satwa ini agar lebih bagus
dan terawat,” balas orang asing.
“Tidak bisa. Maaf bung, kami
tidak tertarik dengan bujuk rayumu. Kami tidak akan pindah. Titik,” kata
pengurus suaka marga satwa sambil melotot. “Silakan pergi dari sini,” imbuhnya
sambil menunjuk ke pintu keluar suaka marga satwa.
“Jika kalian tidak mau pindah,
besok kami akan menembaki kalian dan hewan-hewan yang ada di suaka marga satwa
ini,” hardik pengurus suaka marga satwa.
“Coba saja! Kami tidak takut.
Tanah ini milik kami, milik Indonesia. Akan kami perjuangkan walau bagaimanapun
juga!” balas si pengurus suaka marga satwa.
Akhirnya orang asing dan dua
ajudannya pergi mengendari mobil patroli hutan. Harimau Sumatera yang melihat
adegan tadi merasa sakit hatinya. Seperti lagu yang lagi hits, sakitnya dimana?
sakitnya tuh disiniii! Harimau Sumatera melenggang pergi dan diam-diam
memikirkan rencana untuk mempertahankan suaka marga satwa. Malam harinya kuda
Sumbawa, sapi Madura, harimau Sumatera, dan elang Jawa berunding memikirkan
cara untuk mengusir orang asing. Lewat tengah malam, terdengar auman srigala, keempat
hewan tersebut memasang perangkap untuk menjebak orang asing.
Keesokan harinya, ayam Jawa sudah
saatnya bertelur. Ia pun membangun sebuah sarang di dekat pohon pisang. Kuda
Sumbawa dan sapi Madura sudah berjaga-jaga di sekitar perangkap. Sedangkan
harimau Sumatera mengintai gerak gerik orang asing dibalik semak-semak. Orang
asing itu datang membawa lebih banyak pasukan. Orang asing tersebut membawa
tiga mobil patroli hutan dan enam personil lengkap dengan senjata laras
panjang. Salah satu orang asing berhasil menyandera pengurus suaka marga satwa.
Ketika sedang asyik mengerami
telur-telurnya, tiba-tiba dari kejauhan terdengar derap langkah orang asing
mendekat dan bersiap untuk menembak ayam Jawa. Sesuai dengan siasat tadi malam,
sapi Madura datang dan menendang orang asing yang mendekati ayam Jawa. Dua
orang asing pun kesakitan karena mendapat serangan dari sapi Madura. Tiga orang
asing mengejar sapi Madura yang lari secepat kilat layaknya di pacuan karapan
sapi. Sapi Madura terus berlari mengarahkan orang asing kepada perangkap.
Supertrap!! Kena deh!! Tiga orang asing terjebak dalam jaring-jaring. Orang
asing tersebut menembakkan peluru tanpa sasaran sehingga suasana pecah bagai di
medan perang. Mendengar letusan senjata api tersebut sang ketua orang asing
datang mendekati sumber suara. Lalu dia membantu temannya yang terjebak oleh
perangkap hewan. Orang asing tersebut kembali ke kantor pengawas. Di tengah
perjalanan, sekawanan orang asing tersebut dihadang oleh harimau Sumatera.
Harimau Sumatera menerkam salah satu orang asing. Orang asing lainnya pun
segera menembak harimau Sumatera. Namun tak diduga, seekor ayam jago petarung
kualitas terbaik Indonesia melindungi harimau Sumatera. Ayam jago petarung
tersebut tewas tertembak. Harimau Sumatera pun pergi setelah menerkam salah
satu orang asing. Keenam orang asing itu pergi. Suaka marga satwa dirudung duka
karena ayam jago petarung tewas. Kini anak-anak ayam Jawa telah menetas dari
telurnya tanpa seorang ayah, yaitu ayam jago petarung.
Seolah-olah tidak kenal kapok,
orang asing datang lagi. Kali ini hewan-hewan bersembunyi di tempat yang aman. Orang
asing kebingungan karena hewan-hewan menghilang. Kuda Sumbawa mendekati orang
asing dengan santai.
“Mau apa kalian kesini lagi?”
kata kuda Sumbawa.
Orang asing pun kaget karena kuda
Sumbawa bisa berbicara.
“Kamu
bisa berbicara?” kata orang asing sambil terheran-heran.
“Iya.
Saya bisa berbicara tapi hanya dengan kamu saja,” kata kuda Sumbawa. “Kamu
belum menjawab pertanyaanku! Ada urusan apa kamu kemari?” tanya si kuda
Sumbawa.
“Aku
hanya ingin memastikan apakah hewan-hewan di suaka masga satwa ini sudah mati
semua! Hahaha,” kata si orang asing.
Si kuda
Sumbawa yang cerdik menjawab dengan tenang. “Jangan khawatir, semua hewan di
suaka marga satwa ini telah mati semua. Mereka jatuh ke dalam sumur itu.”
“Benarkah?”
tanya orang asing.
“Kalau
tidak percaya, tengoklah ke dalam sumur itu,” kata kuda Sumbawa. Tapi belum
lagi si orang asing melihat isi sumur, si kuda Sumbawa mendorongnya dari
belakang hingga si orang asing terjerembab ke dalam sumur tua itu. Matilah si
orang asing. Suaka marga satwa tidak jadi jatuh ke pihak asing. Pemerintah
daerah pun turun tangan untuk membenahi suaka marga satwa yang ada di
perbatasan tersebut. Suaka marga satwa tersebut menjadi terkenal dan menjadi
tempat hiburan edukatif yang amat penting. Pemerintah memberikan penghargaan
terhadap suaka marga satwa tersebut. Berita tentang suaka marga satwa ini
meluas sampai ke penjuru negeri. Pemenrintah daerah pun berlomba-lomba
membenahi suaka marga satwa, cagar alam, dan kebun binatang di daerahnya
masing-masing. Demikian juga dengan kebun binatang di Surabaya yang turut serta
berbenah mengikuti jejak suaka marga satwa di daerah perbatasan yang hampir
saja jatuh ke tangan asing tersebut. Tamat.
Pelajaran
yang dapat diambil dari dongeng ini adalah banyak manusia yang memeras manusia
lainnya dengan cara yang tidak halal. Kita harus bersatu untuk mempertahankan
wilayah Indonesia dengan cara mempererat persaudaraan, kerukunan, dan saling
gotong royong. Sikap tersebut kita tunjukkan sebagai wujud cinta tanah air
Indonesia. Kita mulai perubahan dari diri sendiri menuju ke perubahan yang
lebih baik lagi dari hari ke hari.
Aslmlkm min. Salam kenal. Aku abi dr palu. Ini aku mau minta izin mau pake naskahnya untk pmntasan anak tk d palu.mau d intepretasi ulang ke gaya org palu. Boleh tidak min? Trmksih sblumnya. Soalnya ceritanya seruh untk anak2.
BalasHapussore min, saya izin pake dongengnya ya buat abang saya jadiin materi mendongeng anak2 perbatasan karna dia lagi satgas di ntt trus dapat tugas mendongeng. makasih
BalasHapusIzin buat lomba cerita bergambar ya
BalasHapusIzin buat lomba dongeng tema cinta tanah air
BalasHapusIzin minta dongeng nya untuk tugas tema cinta tanah air🙏🙏
BalasHapusIzin buat lomba
BalasHapus