Sabtu, 14 Februari 2015

Dongeng Tema Cinta Tanah Air

Hallooo, teman-temin! Nggak kerasa udah Februari aja nih. Awal masuk perkuliahan di semester 6 ini, di jurusanku merayakan Dies Natalis. Dies Natalis alias DN kali ini terasa sedikit sakral dan istimewa karena merupakan HUT Perak ke 25 tahun. Sebenarnya 25 tahun itu usia didirikannya jurusan tempat aku menempuh pendidikan ini namun untuk prodi D2, sedangkan untuk prodiku yaitu S1 masih 7 tahun. Usia yang masih muda banget kan guys! Usia 7 tahun itu layaknya anak-anak yang masih kelas 3 SD yang sedang imut-imutnya mengenal pelajaran macam-macam gerak dalam IPA. Nah, salah satu acara DN adalah lomba dongeng. Sebenernya aku sedih guys, karena gak ikut lomba ini nih. Mana di kelas nggak ada yang milih aku sih. Akunya nggak berani pisan mencalonkan diri. Akhirnya temen aku yang berasal dari daerah Sumbawa yang dicalonkan untuk mengikuti lomba bergengsi ini. Hohoho... dan aku kembali kerja dibalik layar, aku yang bikin dongengnya. Dengan sedikit ngintip-ngintip buku kumpulan fabel untuk anak, aku mulai membuat dongeng ini. Taraaa, dalam waktu 2 jam aku berhasil membuahkan dongeng ini. Dongengnya bertema cinta tanah air. Tapi judulnya kurang sinkron yaa sama isinya. Itu judulnya temenku yang pesen dan aku hanya buat dongengnya aja. Sayang juga kalo nggak aku post di blog kesayanganku ini. Akhirnya aku share ini buat kalian-kalian ya. Selamat membaca! >_~

Aku, Sia, Lan Sakabehe
Oleh: Fikahati Rachmawati
 (Sia=bahasa Sumbawa, artinya 'kamu')

Pada suatu hari, di sebuah negeri gemah ripah loh jinawi, hiduplah sekelompok hewan. Hewan-hewan tersebut tinggal di sebuah suaka marga satwa yang letaknya terpencil di perbatasan Indonesia nan jauh dari hinggar binggar kota. Sekelompok hewan tersebut adalah kuda Sumbawa, ayam Jawa, sapi Madura, harimau Sumatera, dan elang Jawa. Sesuai dengan namanya, masing-masing hewan tersebut berasal dari daerah yang berbeda-beda di nusantara ini. Kelima hewan tersebut sering terlihat bersama. Walaupun mereka berlima mempunyai logat bahasa yang berbeda, namun mereka tetap hidup rukun dan saling gotong royong.
        Pada suatu pagi, dunia suaka marga satwa dibuat cemas. Bagaimana tidak cemas, kuda Sumbawa mendengar berita bahwa orang asing mengklaim daerah saka marga satwa ini sebagai miliknya. Sebagai gantinya, suaka marga satwa ini akan digusur dan dibangun gedung pencakar langit milik negara lain. Kuda Sumbawa yang mendengar berita itu menjadi geram, lalu ia berjalan mendekat ke arah teman-temannya yang sedang berbagi makanan.
“Teman-teman, ada kabar buruk hari ini!,” kata kuda Sumbawa sedih.
“Berita apa?” sahut sapi Madura sambil mengunyah rumput yang penuh di mulutnya.
“Orang asing mengklaim suaka marga satwa ini sebagai milik negaranya,” jawab kuda Sumbawa tegas.
“Apa! Ciyus? Jangan bercanda kamu,” sahut ayam Jawa.
“Iya, ini serius. Saya melihat tadi orang asing itu datang dan memaksa pengurus suaka marga satwa ini untuk pindah secepatnya,” kata kuda Sumbawa.
“Wah, kita tidak bisa diam saja menanggapi hal ini, kita ganyang penjajah itu!” kata harimau Sumatera.
“Iya, benar. Kita harus segera mengatasi hal ini. Kita harus menjaga dan mempertahankan tanah air kita ini sampai titik darah penghabisan!” kata elang Jawa berapi-api.
Keesokan harinya, orang asing datang lagi ke suaka marga satwa dengan membawa dua orang ajudan dan senjata laras panjang. Orang asing tersebut memaksa pengurus suaka marga satwa agar segera menutup suaka marga satwa itu.
“Hei, kamu pindah sekarang! Tempat ini milik kami!” kata orang asing dengan setengah berteriak.
“Tidak! Tanah ini milik kami, milik Indonesia. Kalian tidak berhak mengakuinya!” balas si pengurus suaka marga satwa dengan tegas.
“Suaka marga satwa ini jelek dan tidak terawat. Banyak hewan-hewan yang mati. Bahkan tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah Indonesia. Jika kalian memberikan tanah ini kepada kami, kami berjanji akan membangun dan memperbaiki suaka marga satwa ini agar lebih bagus dan terawat,” balas orang asing.
“Tidak bisa. Maaf bung, kami tidak tertarik dengan bujuk rayumu. Kami tidak akan pindah. Titik,” kata pengurus suaka marga satwa sambil melotot. “Silakan pergi dari sini,” imbuhnya sambil menunjuk ke pintu keluar suaka marga satwa.
“Jika kalian tidak mau pindah, besok kami akan menembaki kalian dan hewan-hewan yang ada di suaka marga satwa ini,” hardik pengurus suaka marga satwa.
“Coba saja! Kami tidak takut. Tanah ini milik kami, milik Indonesia. Akan kami perjuangkan walau bagaimanapun juga!” balas si pengurus suaka marga satwa.
Akhirnya orang asing dan dua ajudannya pergi mengendari mobil patroli hutan. Harimau Sumatera yang melihat adegan tadi merasa sakit hatinya. Seperti lagu yang lagi hits, sakitnya dimana? sakitnya tuh disiniii! Harimau Sumatera melenggang pergi dan diam-diam memikirkan rencana untuk mempertahankan suaka marga satwa. Malam harinya kuda Sumbawa, sapi Madura, harimau Sumatera, dan elang Jawa berunding memikirkan cara untuk mengusir orang asing. Lewat tengah malam, terdengar auman srigala, keempat hewan tersebut memasang perangkap untuk menjebak orang asing.
Keesokan harinya, ayam Jawa sudah saatnya bertelur. Ia pun membangun sebuah sarang di dekat pohon pisang. Kuda Sumbawa dan sapi Madura sudah berjaga-jaga di sekitar perangkap. Sedangkan harimau Sumatera mengintai gerak gerik orang asing dibalik semak-semak. Orang asing itu datang membawa lebih banyak pasukan. Orang asing tersebut membawa tiga mobil patroli hutan dan enam personil lengkap dengan senjata laras panjang. Salah satu orang asing berhasil menyandera pengurus suaka marga satwa.
Ketika sedang asyik mengerami telur-telurnya, tiba-tiba dari kejauhan terdengar derap langkah orang asing mendekat dan bersiap untuk menembak ayam Jawa. Sesuai dengan siasat tadi malam, sapi Madura datang dan menendang orang asing yang mendekati ayam Jawa. Dua orang asing pun kesakitan karena mendapat serangan dari sapi Madura. Tiga orang asing mengejar sapi Madura yang lari secepat kilat layaknya di pacuan karapan sapi. Sapi Madura terus berlari mengarahkan orang asing kepada perangkap. Supertrap!! Kena deh!! Tiga orang asing terjebak dalam jaring-jaring. Orang asing tersebut menembakkan peluru tanpa sasaran sehingga suasana pecah bagai di medan perang. Mendengar letusan senjata api tersebut sang ketua orang asing datang mendekati sumber suara. Lalu dia membantu temannya yang terjebak oleh perangkap hewan. Orang asing tersebut kembali ke kantor pengawas. Di tengah perjalanan, sekawanan orang asing tersebut dihadang oleh harimau Sumatera. Harimau Sumatera menerkam salah satu orang asing. Orang asing lainnya pun segera menembak harimau Sumatera. Namun tak diduga, seekor ayam jago petarung kualitas terbaik Indonesia melindungi harimau Sumatera. Ayam jago petarung tersebut tewas tertembak. Harimau Sumatera pun pergi setelah menerkam salah satu orang asing. Keenam orang asing itu pergi. Suaka marga satwa dirudung duka karena ayam jago petarung tewas. Kini anak-anak ayam Jawa telah menetas dari telurnya tanpa seorang ayah, yaitu ayam jago petarung.
Seolah-olah tidak kenal kapok, orang asing datang lagi. Kali ini hewan-hewan bersembunyi di tempat yang aman. Orang asing kebingungan karena hewan-hewan menghilang. Kuda Sumbawa mendekati orang asing dengan santai.
“Mau apa kalian kesini lagi?” kata kuda Sumbawa.
Orang asing pun kaget karena kuda Sumbawa bisa berbicara.
“Kamu bisa berbicara?” kata orang asing sambil terheran-heran.
“Iya. Saya bisa berbicara tapi hanya dengan kamu saja,” kata kuda Sumbawa. “Kamu belum menjawab pertanyaanku! Ada urusan apa kamu kemari?” tanya si kuda Sumbawa.
“Aku hanya ingin memastikan apakah hewan-hewan di suaka masga satwa ini sudah mati semua! Hahaha,” kata si orang asing.
Si kuda Sumbawa yang cerdik menjawab dengan tenang. “Jangan khawatir, semua hewan di suaka marga satwa ini telah mati semua. Mereka jatuh ke dalam sumur itu.”
“Benarkah?” tanya orang asing.
“Kalau tidak percaya, tengoklah ke dalam sumur itu,” kata kuda Sumbawa. Tapi belum lagi si orang asing melihat isi sumur, si kuda Sumbawa mendorongnya dari belakang hingga si orang asing terjerembab ke dalam sumur tua itu. Matilah si orang asing. Suaka marga satwa tidak jadi jatuh ke pihak asing. Pemerintah daerah pun turun tangan untuk membenahi suaka marga satwa yang ada di perbatasan tersebut. Suaka marga satwa tersebut menjadi terkenal dan menjadi tempat hiburan edukatif yang amat penting. Pemerintah memberikan penghargaan terhadap suaka marga satwa tersebut. Berita tentang suaka marga satwa ini meluas sampai ke penjuru negeri. Pemenrintah daerah pun berlomba-lomba membenahi suaka marga satwa, cagar alam, dan kebun binatang di daerahnya masing-masing. Demikian juga dengan kebun binatang di Surabaya yang turut serta berbenah mengikuti jejak suaka marga satwa di daerah perbatasan yang hampir saja jatuh ke tangan asing tersebut. Tamat.
Pelajaran yang dapat diambil dari dongeng ini adalah banyak manusia yang memeras manusia lainnya dengan cara yang tidak halal. Kita harus bersatu untuk mempertahankan wilayah Indonesia dengan cara mempererat persaudaraan, kerukunan, dan saling gotong royong. Sikap tersebut kita tunjukkan sebagai wujud cinta tanah air Indonesia. Kita mulai perubahan dari diri sendiri menuju ke perubahan yang lebih baik lagi dari hari ke hari.

6 komentar:

  1. Aslmlkm min. Salam kenal. Aku abi dr palu. Ini aku mau minta izin mau pake naskahnya untk pmntasan anak tk d palu.mau d intepretasi ulang ke gaya org palu. Boleh tidak min? Trmksih sblumnya. Soalnya ceritanya seruh untk anak2.

    BalasHapus
  2. sore min, saya izin pake dongengnya ya buat abang saya jadiin materi mendongeng anak2 perbatasan karna dia lagi satgas di ntt trus dapat tugas mendongeng. makasih

    BalasHapus
  3. Izin buat lomba cerita bergambar ya

    BalasHapus
  4. Izin buat lomba dongeng tema cinta tanah air

    BalasHapus
  5. Izin minta dongeng nya untuk tugas tema cinta tanah air🙏🙏

    BalasHapus