Selasa, 27 Januari 2015

Ramalan

Kali ini aku mau ngebahas topik yang asli dari pengalamanku sendiri yaitu ramalan. Maaf kalau tulisanku ini menyingung beberapa pihak, tapi sebenarnya tidak ada maksud apapun kecuali hanya curhat. Jadi gini, sebenarnya aku itu orang yang nggak suka percaya ramalan. Tapi aku suka baca ramalan bintang kalo lagi megang koran, boong dong. Iya baca juga tapi nggak percaya amat. Maksudnya gini, setelah baca aku tuh meyakinkan diri bahwa apa yang ditulis di ramalan itu adalah hal-hal yang umum. Jadi bila ada sesuatu yang dikatakan alias ramalan itu sendiri, jadi orang tuh langsung bilang “oh iya bener”, “kok sama yaa kayak yang aku alami”, dan lain sebagainya. Jadi aku nggak sepenuhnya percaya seratus persen ramalan itu, baik ramalan itu baik atau buruk. Kadang kalau kebetulan ramalan bintangku buruk, abis baca aku langsung doa. Perbanyak istigfar dan mohon ampun. Oiya guys, for your information aja ya. Kalau boleh aku cerita tentang diriku. Kalau mau kamu baca. Kalau mau kamu percaya, tapi kamu nggak percaya juga gapapa. Jadi gini, aku orangnya nggak suka berkata-kata kotor dan berkata-kata buruk. Aku menghindaaaari banget sungguh-sungguh kata-kata buruk dan kotor. Misalnya rasa kekhawatiran, ketakutan, sumpah serapah, dan lain-lain. Aku percaya bahka kata-kata adalah doa. Jadi aku berhati-hati. Aku sering mengucap kalimat doa. Kata orang, latahku bagus soalnya nggak keluar kata-kata buruk dan kotor padahal aku menghindari banget itu kata-kata.
Ramalan itu muncul dari orang yang, Subhanallah, diberi kelebihan khusus. Salah satunya mungkin indigo. Seseorang yang mempunyai kemakrifatan tinggi. Aku kagum dan menghormati dengan orang yang seperti itu. Karunia Allah sungguh hebat. Berawal dari sini aku flashback ke jaman aku kecil. Jaman aku SD itu hampir aku nggak inget sampai sekarang. Padahal kata temen-temenku, masa SD-nya itu paling indah. Masa bermain dengan teman-teman sampek mata pelajaran yang diajarkan Bu Guru dan Pak Guru secuil pun ingat. Sedangkan aku? Persis, yang aku ingat masa kecilku aku banyak bermain dengan teman-teman yang usianya diatas usiaku. Karena teman sedesaku yang sebaya sama aku kebanyakan cowok. Eh! Aku punya tetangga beda gang rumahnya sama aku. Dia cowok, inisialnya L. Dia itu usianya lebih tua daripada aku dan setauku dia naksir sama kakak kelasku dan juga teman bermain aku inisialnya D. Kok jadi inisial-inisialan sih? Singkat cerita mas L itu pernah ngasih wajangan yang sangat aku ingat sampai sekarang. Menjadi seorang yang mempunyai kelebihan itu jangan sesekali ditampakkan. Jadi apabila melihat suatu hal yang nggak dilihat oleh orang lain, jangan cerita kalau nggak ditanya. Harus membiasakan diri agar tidak kaget dengan apa yang ada, sekaligus tidak takut. Pasang wajah senatural mungkin seakan tak terjadi apa-apa. Ih, jangan terlalu serius ah. Ngeri, serem, merinding jadinya. Hehehe... maaf ya.

Dibalik cerita yang menyenangkan, tak ketinggalan cerita yang menyedihkan. Aku pernah punya guru yang mempunyai kelebihan khusus seperti itu. Dan kebetulan pagi itu aku lagi jalan sama temanku cewek, posisi pas lagi di sekolah. Tiba-tiba temenku cewek minta diramal. Aku sih ogah, aku ingin menghindar tapi nggak bisa. Setelah temenku diramal, entar diramal melalui apa dan ramalannya apa, aku lupa juga atau pas waktu itu aku nggak mau denger. Setelah itu beliaunya melihat aku dan menatap tajam aku, dia bilang “kasihan anak ini”. Aku tertegun. Rasanya awan hitam turun menyelimutiku dan sampai-sampai aku nggak bisa melihat. “Apa sekasihan itukah hidupku, Pak,” bisikku dalam hati. Akupun melenggang pergi dengan temanku. Sedih rasanya aku dengar kata-kata itu. Kadang kalau ketemu beliaunya di SMA-ku dulu aku jadi takut dan trauma.

Ok guys, semua cerita diatas hanya curhatan aku ya. Tidak ingin menyinggung siapapun. Mohon maaf bila ada pihak yang dirugikan. Sambung curhatan berikutnya yaa. See you!!

1 komentar: