Selasa, 27 Januari 2015

Ramalan

Kali ini aku mau ngebahas topik yang asli dari pengalamanku sendiri yaitu ramalan. Maaf kalau tulisanku ini menyingung beberapa pihak, tapi sebenarnya tidak ada maksud apapun kecuali hanya curhat. Jadi gini, sebenarnya aku itu orang yang nggak suka percaya ramalan. Tapi aku suka baca ramalan bintang kalo lagi megang koran, boong dong. Iya baca juga tapi nggak percaya amat. Maksudnya gini, setelah baca aku tuh meyakinkan diri bahwa apa yang ditulis di ramalan itu adalah hal-hal yang umum. Jadi bila ada sesuatu yang dikatakan alias ramalan itu sendiri, jadi orang tuh langsung bilang “oh iya bener”, “kok sama yaa kayak yang aku alami”, dan lain sebagainya. Jadi aku nggak sepenuhnya percaya seratus persen ramalan itu, baik ramalan itu baik atau buruk. Kadang kalau kebetulan ramalan bintangku buruk, abis baca aku langsung doa. Perbanyak istigfar dan mohon ampun. Oiya guys, for your information aja ya. Kalau boleh aku cerita tentang diriku. Kalau mau kamu baca. Kalau mau kamu percaya, tapi kamu nggak percaya juga gapapa. Jadi gini, aku orangnya nggak suka berkata-kata kotor dan berkata-kata buruk. Aku menghindaaaari banget sungguh-sungguh kata-kata buruk dan kotor. Misalnya rasa kekhawatiran, ketakutan, sumpah serapah, dan lain-lain. Aku percaya bahka kata-kata adalah doa. Jadi aku berhati-hati. Aku sering mengucap kalimat doa. Kata orang, latahku bagus soalnya nggak keluar kata-kata buruk dan kotor padahal aku menghindari banget itu kata-kata.
Ramalan itu muncul dari orang yang, Subhanallah, diberi kelebihan khusus. Salah satunya mungkin indigo. Seseorang yang mempunyai kemakrifatan tinggi. Aku kagum dan menghormati dengan orang yang seperti itu. Karunia Allah sungguh hebat. Berawal dari sini aku flashback ke jaman aku kecil. Jaman aku SD itu hampir aku nggak inget sampai sekarang. Padahal kata temen-temenku, masa SD-nya itu paling indah. Masa bermain dengan teman-teman sampek mata pelajaran yang diajarkan Bu Guru dan Pak Guru secuil pun ingat. Sedangkan aku? Persis, yang aku ingat masa kecilku aku banyak bermain dengan teman-teman yang usianya diatas usiaku. Karena teman sedesaku yang sebaya sama aku kebanyakan cowok. Eh! Aku punya tetangga beda gang rumahnya sama aku. Dia cowok, inisialnya L. Dia itu usianya lebih tua daripada aku dan setauku dia naksir sama kakak kelasku dan juga teman bermain aku inisialnya D. Kok jadi inisial-inisialan sih? Singkat cerita mas L itu pernah ngasih wajangan yang sangat aku ingat sampai sekarang. Menjadi seorang yang mempunyai kelebihan itu jangan sesekali ditampakkan. Jadi apabila melihat suatu hal yang nggak dilihat oleh orang lain, jangan cerita kalau nggak ditanya. Harus membiasakan diri agar tidak kaget dengan apa yang ada, sekaligus tidak takut. Pasang wajah senatural mungkin seakan tak terjadi apa-apa. Ih, jangan terlalu serius ah. Ngeri, serem, merinding jadinya. Hehehe... maaf ya.

Dibalik cerita yang menyenangkan, tak ketinggalan cerita yang menyedihkan. Aku pernah punya guru yang mempunyai kelebihan khusus seperti itu. Dan kebetulan pagi itu aku lagi jalan sama temanku cewek, posisi pas lagi di sekolah. Tiba-tiba temenku cewek minta diramal. Aku sih ogah, aku ingin menghindar tapi nggak bisa. Setelah temenku diramal, entar diramal melalui apa dan ramalannya apa, aku lupa juga atau pas waktu itu aku nggak mau denger. Setelah itu beliaunya melihat aku dan menatap tajam aku, dia bilang “kasihan anak ini”. Aku tertegun. Rasanya awan hitam turun menyelimutiku dan sampai-sampai aku nggak bisa melihat. “Apa sekasihan itukah hidupku, Pak,” bisikku dalam hati. Akupun melenggang pergi dengan temanku. Sedih rasanya aku dengar kata-kata itu. Kadang kalau ketemu beliaunya di SMA-ku dulu aku jadi takut dan trauma.

Ok guys, semua cerita diatas hanya curhatan aku ya. Tidak ingin menyinggung siapapun. Mohon maaf bila ada pihak yang dirugikan. Sambung curhatan berikutnya yaa. See you!!

Senin, 26 Januari 2015

Fikahati dan Beasiswa DataPrint

Senin, 12 Januari 2015 aku masih menjalani ujian akhir semester di kampus. Sementara itu setelah UAS hari itu berakhir, aku melihat handphoneku yang bergetar, bukan sms, bukan bbm, maupun telepon. Notification. Aku lihat agenda di kalender. Tertulis: Pengumuman beasiswa DataPrint. Sesampainya di kos, aku lihat web data print nggak ada pengumuman. Aku buka facebook. Ternyata pengumuman diundur sampai tanggal 16 Januari 2015. Okelah, bertambah optimis aku saat itu. Masih diberi kesempatan lebih banyak lagi untuk berdoa oleh Allah, pikirku. Akhirnya aku berdoa, tiap akhir sholat lima waktu aku berdoa semoga tembus beasiswa dataprint. Dananya aku buat bayar SPP kuliah. Disamping itu aku juga nadzar mau aku sedekahkan ke saudara-saudara imut, adik-adik kecilku, Syahrul, Mamad, Nabila, dan Alwi. Sebenarnya masih banyak saudara-saudara imutku namun keberadaannya nun jauh disana menjadikan aku hanya bersedekah ke saudara imut yang ada di wilayah Kediri saja. Hehehe... Kan angpao-nya bisa dapat pas lebaran. Tanggal 16 Januari 2015 pun tiba. Saat itu aku udah di rumah Kediri. Aku belum buka internet sama sekali karena modemku habis kuotanya dan aku belum beli. Pagi berlalu, siang pun datang. Aku tidur siang dengan perasaan galau dan khawatir. Tidur siang bisa menenangkan pikiranku, batinku. Perlahan aku buka mataku, aku dengar adikku sedang menonton tv disampingku. Suara tv yang sedikit keras menganggu pendengaran aku terhuyung-huyung masuk ke kamar adikku. Aku nyalakan laptop adikku dan mencoba tethering internet dengan menggunakan hapeku. Aku buka facebook. Ternyata sudah ada pengumuman beasiswa DataPrint. Nominal satu juta, aku baca universitasnya. Nggak ada satupun tertulis universitasku, Universitas Negeri Surabaya. Otomatis nggak ada juga namaku. Sedih juga rasanya. Gugur nih beasiswa satu juta dari DataPrint. Tak apalah mungkin belum rejeki. Aku buka pengumuman penerima beasiswa DataPrint nominal 500.000 periode 2. Pastinya aku baca dulu nama universitas, nama penerima tidak aku baca. Takuuutt!! Hehehe. Subhanallah ada Universitas Negeri Surabaya. Lantas aku lihat namanya, ternyata namaku! Alhamdulillah. Subhanallah. Aku langsung sujud syukur dan memberitau ibu. Adikku yang menonton tv terheran-heran dengan tingkahku. Ibu juga keheranan. Bagaimana tidak, aku yang ikut beasiswa ini aku bilang minta doa ke ayah dan ibu, ayah dan ibu memandangku dengan sebelah mata. Ayah dan ibu tidak percaya bahwa aku bisa lolos karena kemaren aku tidak lolos beasiswa online salah satu bank swasta terkemuka. Alhamdulillah aku lolos beasiswa ini, DataPrint. Dengan kisah yang tak terduga sebelumnya yang pernah aku tulis di blogku yang aku sendiri lupa passwordnya. Sebenarnya aku kangen dengan blog ku yang satu ini http://secretadmirer99.blogspot.com/2014/09/aku-dan-data-print.html
Inilah capture dimana namaku menjadi salah satu penerima beasiswa DataPrint Periode 2.


Setelah itu aku ambil sebaian uangku di dompet dan memasukkannya dalam amplop kecil-kecil dan keesokan harinya kau sedekahkan ke saudara-saudara imutku. Hihihi...




Bersih-Bersih Taman Rumah "Babat Abiiiieess!!"

Bulan Januari ini masih termasuk musim hujan ya guys. Musim hujan bertepatan dengan libur semester, jadinya kalau mau main jadi galau. Takut hujan. Takut banjir. Takut badai. Pas hujan, sebagian rumahku bocor. Maklum atap-atap tua. Seingetku, rumahku ini dibangun pas satu tahun sebelum aku lahir, sekitar tahun 1993, jadi sudah lumayan berumur. Aku berinisiatif kelak kalau aku udah kerja dan dapat gajian tetap, aku mau memperbaiki atap rumahku ini. Semoga kesampaian. Amiin. Di depan rumah ada taman bunga kecil-kecilan. Taman rumahku ini nggak sepenuhnya ditanami bunga-bunga, tapi banyak tanaman sayur dan TOGA, tapi lebih banyak tanaman obat keluarga sih. Nah, karena tiap hari hujan turun, taman rumah jadi lumutan. Tanaman liar, rumput alang-alang tumbuh dimana-mana. Jadi sarang nyamuk. Tak heran, pas malem hari nyamuk banyak banget masuk rumah jadi  nggak nyenyak tidurnya. Rumah juga sedikit berasap karena tiap hari bakar obat nyamuk. Pagi ini aku ambil golok, sapu, dan cikrak. Aku bersih-bersih taman. Sendirian. Ayahku kerja, ibuku memasak, dan adikku sekolah. Enggg, tetanggaku pada sibuk sendiri-sendiri. Temanku belum bangun, soalnya masih jam setengah enam pagi. Hohoho. Kamu? Kamu? Lagi apa? Bantuin? Woii!!
          Sebelum beraksi, aku mengambil beberapa foto dari taman rumah sebelum rumput liarnya aku pangkas habis. Ngiiiing-ngiiing, belum beraksi, nyamuk sudah menyerang. Huh! Aku balik ke dalam rumah mencari lotion anti nyamuk. Di laci nggak ada, di kotak obat juga nggak ada. Tettot!! Balik lagi ke taman dengan tangan hampa. Tak peduli nyamuk dah, langsung babat habis. Aku heran kenapa pot bunga susah banget dipindahin. Bukannya berat ternyata akar-akar bunganya itu berkaitan dengan pot lain. Oh men! Aku langsung memotongnya lalu memindah pot bunga dengan mudah. Abis itu aku liat kalajengking masuk ke lubang dalam tanah disamping pot. “Ya ampun, jangan keluar lagi ya kalajengking aku lagi bersih-bersih,” bisikku. Setelah mindahin pot-pot bunga dengan hati-hati dan penuh waspada aku bersihin rumput-rumput, lumut, dan alang-alang. Setelah bersih, aku kembali ke kamar kecil untuk cuci tangan. Abis itu ngambil kamera lagi dan foto taman lagi. Yuhuii. Tamanku lumayan bersih dari kenampakan sebelumnya yang kayak hutan belantara. Tapi aku kok ngrasa gatal-gatal ya di tubuhku. Aku periksa kakiku. Ya Alloh, bentol-bentol semua digigit nyamuk. Aku langsung mandi. Selesai mandi aku langsung olesin minyak kayu putih. Aku play salah satu film di tv berharap nggak terjangkit DBD setelah bersih-bersih taman rumah. Ini nih hasil aku bersih-bersih taman rumah. Taraaa...!!



Selasa, 20 Januari 2015

Niat Iseng, Lolos!

Disela-sela tugas kuliah yang bejibun aku iseng-iseng ikut lomba menulis yang diadakan di jurusan aku kuliah. Aku kuliah di jurusan PGSD, Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Aku sama sekali nggak menduga naskahku lolos seleksi dan akan diterbitkan. Seneng sih, tapi campur malu. Masak curhat diterbitkan jadi buku. Yang benar saja? Pikirku. Hahaha. Naskah iseng yang akhirnya lolos diterbitkan dan dapat merchindise jadi Selayang Pandang Sayang Dibuang jika tidak ditulis di blog ini. Aduh aku lupa, isinya tulisanku dulu apa. Dibaca dari judulnya sih keinget samar-samar isi tulisanku itu adalah hal-hal yang, ehm... konyol. Aku mengawang-awang, mengingat-ingat detail tulisanku. Tapi aku nggak inget jalan ceritanya saking isengnya nulis sampek lupa. Aku lanjutkan melihat langit-langit genting rumah, menerawang selembar uang kertas lima ribuan, kali aja ingat. Tetep aja nggak ingat juga. Akhirnya aku buka sajalah filenya ketimbang penasaran. Let’s read!
Hijab Peredam Suara dan Mantel Berjalan Di Jurusan PGSDku Tercinta
Diam-diam menghanyutkan. Nah, itu dia istilah yang pantas disematkan di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Surabaya. Betapa tidak, jurusan yang sarat akan ilmu pedagogis ini setiap tahun selalu memberi kontribusi nyata dalam mengharumkan nama Universitas Negeri Surabaya, khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan. Pada tahun ini banyak even dalam bidang pendidikan nasional maupun internasional yang harus diwakili oleh pejuang-pejuang jurusan PGSD Unesa. Pada tahun ini, salah satu mahasiswa PGSD Unesa terbang ke Thailand untuk studi banding pendidikan. Contoh lain salah satu mahasiswi PGSD Unesa bertitel relawan disabilitas juga turut serta terbang ke negeri gajah putih untuk studi banding penyelenggaraan pendidikan bagi kaum disabilitas. Bukan rahasia lagi kalau jurusan PGSD adalah gudangnya mahasiswa berprestasi. Menjadi mahasiswa PGSD adalah kebanggaan tersendiri apalagi sekarang sudah berjalan di semester lima. Kondisi yang dialami mahasiswa semester lima sangat berbeda dengan kondisi yang dirasakan saat menjadi maba. Namun mahasiswa semester lima dengan mahasiswa semester satu alias maba tetap ada kesamaan. Kesamaanya adalah mahasiswa semester lima juga dapat julukan ‘maba’ akronimnya adalah mahasiswa bau skripsi. (-_-‘)
Baiklah, to the point saja. Ceritanya ada gadis manis merantau ke kota pahlawan ini untuk menuntut ilmu. Gadis dari desa antah berantah tersebut bangga masuk ke jurusan PGSD Unesa. Bagaimana tidak, dia diterima lewat jalur undangan jadi masuk jurusan PGSD Unesa bebas tes. Kebahagiaannya bertambah karena ternyata beberapa temannya yang dulu dari SMA juga ikut masuk ke jurusan impiannya itu. Gadis manis berhijab itu merasa memiliki teman seperjuangan. Ceileee... Pertama masuk kuliah diawali dengan kegiatan ospek yang cukup menguras fisik dan otak. Namun hal itu tidak begitu dianggap berat oleh si gadis manis ini. Suatu ketika, panitia ospek memberitahukan bahwa peserta ospek harus mematuhi peraturan jika tidak maka peserta ospek akan dijatuhi hukuman-hukuman yang sarat akan derita. Idih, serem banget sih! Pada saat itu panitia ospek menginstruksikan bahwa peserta ospek yang memakai hijab harus memakai hijab berwarna putih dan tidak transparan. Hijab yang dimiliki si gadis adalah hijab putih polos transparan. Si gadis tersebut takut kena hukuman. Akhirnya, si gadis menggeledah seluruh isi lemari kosnya untuk mencari kain putih. Hijab mana, hijab mana, hijab mana, dimanaaa... dimanaaa. Karena yang dicari tidak ada akhirnya ia pergi membeli beli kain putih, bukan kain kafan, tapi kain putih seragam sekolah lalu menjahitkannya di tailor terdekat untuk dibentuk menjadi hijab persegi. Keesokan harinya si gadis tersebut memakainya untuk ospek. Tampilannya berubah mirip siswa madarasah tsanawiyah. Masalah mulai muncul saat maba lain berbicara kepadanya.
A         : Hai, kenalan dong! Nama kamu siapa? (sambil mengulurkan tangan)
Gadis             : Apa? Kamu bilang apa? Maaf nggak kedengeran?
A         : Nama kamu siapa? (tetap tersenyum)
Gadis : Oh, nama. Nama aku Gadis. Nama kamu siapa? (membalas jabat tangan)
A         : Aku A. Salam kenal ya! Kamu dari jurusan apa?
Gadis : Dari Kediri.
A         : Ha, Kediri. (kaget) Kamu sakit? Suara kamu lirih banget? (lalu pergi)
Gadis : (poker face)
Ups! banyak maba yang mengira si gadis adalah anak aneh karena dia berlagak tuli layaknya H. Bolot, argumen tersebut ditunjang dengan penampilan gadis yang memakai hijab tebal layaknya siswa pondok. Penampilannya jauh dari kesan sosok mahasiswa. Saat itu dia mengendorkan peniti hijabnya dan suara samar-samar terdengar jelas. Sejak saat itu hijab ajaib peredam suara dilipat rapi dan disimpan di lemari kos sang gadis seiring dengan kenangan lucu ini yang disimpannya dalam hati. Bila ingat akan hal itu, dia akan senyam senyum sendiri. Nah, agar tidak senyam senyum sendirian dia berniat untuk menuangkan kenangannya saat ospek di cerita ini dan berkeinginan untuk membagikan cerita lucu ini pada khalayak luas jauh sampai di pelosok negeri.
Keesokan paginya sang gadis memulai kegiatan perkuliahan. Tik...tik...tik... rinai hujan turun terdengar suaranya di genting kos si gadis. Si gadis kebingungan untuk pergi ke kampus untuk mengikuti kuliah di jurusan PGSD. Letak kos si gadis dengan jurusan PGSD cukup jauh, sekitar 2,5 kilometer. Tiap harinya sang gadis pergi ke kampus dengan menggunakan sepeda kayuh warna biru. Si gadis berniat untuk jalan kaki ke kampus dengan memakai payung. Namun niat itu diurungkan karena payung yang dipunyai sanga gadis berukuran mungil sedangkan sang gadis harus berbagi payung dengan sahabat karibnya. Sang gadis kebingungan, lima menit berlalu dia hanya termenung memikirkan bagaimana caranya untuk pergi ke kampus. Sang gadis enggan menerobos hujan karena ia takut sakit. Sementara itu rintik-rintik hujan kian detik kian deras saja. Tetangga kamar kos sang gadis sudah pergi ke kampus dengan motornya masing-masing. Jam tangan menunjukkan pukul 06:55, lima menit lagi perkuliahan dimulai. Cling! Ide pun muncul. Memang terbukti benar kalau ide itu muncul disaat-saat kritis dan terdesak. Hahahay. Sang gadis memakai mantel yang dibelinya saat ospek dulu untuk pergi ke kampus. Dan memutuskan untuk pergi ke kampus dengan berjalan kaki karena memakai mantel dengan mengendarai sepeda kayuh akan merepotkan dan membahayakan. Keluar dari gerbang kos, awalnya sang gadis pede-pede saja dengan penampilannya namun suasana berubah saat negara api menyerang. Banyak orang disekitar jalan yang menertawakan penampilan sang gadis yang berjalan dengan memakai mantel. Saat sang gadis melewati jejeran warung-warung pinggir jalan, mas-mas yang ada di warung banyak yang menertawakannya karena penampilannya yang seperti mantel berjalan. Sang gadis malu dan meminta temannya untuk mengabadikan momen aneh tersebut. Sesampainya di kampus, sang gadis memberitau fotonya kepada teman-temannya di kelas. Semua temannya tertawa melihat foto ‘mantel berjalan’ itu.
Jurusan PGSD adalah jurusan yang istimewa, kaya akan ekstrakulikuler. Saat teman lain yang kuliah di universitas atau perguruan tinggi lainnya tidak ada ekstrakulikuler, di jurusan PGSD ada. Mulai dari pramuka, tari, paskib, basket, futsal, aerobik, dan lain-lain.  Ini nih yang membuat sang gadis makin sayang sama jurusan yang paling banyak peminatnya ini. Jurusan PGSD memberi si gadis banyak pengalaman dan wawasan. Saat pertama kali masuk PGSD, si gadis berpostur tubuh mungil ini bertanya sama saudaranya yang barusan lulus PGSD Unesa. Saat sang gadis bertanya tentang bagaimana berkuliah di PGSD Unesa, saudaranya jawab kalau di PGSD kuliahnya sulit, dosen ngasih nilainya pelit, dan yang membuat sang gadis parno adalah saudaranya sang gadis tersebut bilang bahwa dosen tidak memberikan nilai A kalau mahasiswanya tidak cantik. Awalnya sang gadis merasa minder berkuliah di jurusan PGSD. Dalam hati kecil sang gadis dirinya sadar bahwa dirinya nggak secantik saudaranya itu. Bila dipikir dengan nalar, seorang guru haruslah penampilannya cantik.  Namun seiring berjalannya sang gadis berkuliah di jurusan PGSD Unesa, celotehan saudaranya tersebut tidak terbukti. Bahkan sang gadis banyak mendapatkan nilai A di transkrip nilainya. Sang gadis yakin bahkan semua mahasiswa dan mahasiswi di jurusan PGSD Unesa yakin bahwa dosen jurusan PGSD memberikan nilai yang objektif.
Semester awal telah terlampaui, sang gadis berkuliah di jurusan PGSD dengan aman terkendali. Namun suatu hari, sang gadis menemui seorang dosen yang suka bercanda. Selama satu semester ini sang gadis harus belajar bersama dosen tersebut. Sebenarnya sang gadis sudah pernah bertemu dengan dosen tersebut pada saat semester awal. Namun cuma sekedar bertemu, tidak menjalani perkuliahan dengan beliau. Saat itu kesan pertama bertemu sang gadis dijuluki ‘semampai’ yang akronimnya ‘semeter tak sampai’. Sontak teman-teman sekelas sang gadis menertawakan sang gadis. Gadis pun cuek-cuek saja dan menganggap hal tersebut hanya guyonan belaka. Tapi suatu hari, sang gadis merasa sangat malu dengan sikap dosen tersebut. Suatu hari sang gadis berjalan menuju gerbang jurusan PGSD Unesa. Kebetulan dosen tersebut sedang bercengkrama dengan dosen yang lainnya. Awalnya sang gadis hendak berjabat tangan dengan dosen tersebut, namun dia mengurungkan niatnya karena sang dosen sedang serius berbicara dengan dosen lainnya. Sang gadis memutuskan untuk tersenyum dan mengangguk hormat kepada dosen itu. Tanpa membalas senyuman, dosen tersebut meneriaki sang gadis dengan teriakan “Ndek, Pendek!” dengan keras. Lantas sang gadis menghentikan langkahnya dan menyahut “Saya, Pak?”. Dosen tersebut langsung menertawai sang gadis dan berkata “Ternyata kamu sadar kalau kamu pendek. Ndek, Pendek!” diiringi gelak tawa dari dosen-dosen yang lainnya. Sang gadis pun tersenyum simpul dan meneruskan langkahnya memasuki gerbang jurusan PGSD Unesa. Sang gadis merasa malu dipermalukan oleh dosen di depan dosen lainnya. Sebenarnya sang gadis sadar bahwa tubuhnya tidak begitu tinggi seperti orang yang yang sama umurnya. Namun, dipanggil dengan julukan tersebut hati sang gadis teriris sakit. Guratan hati gadis pas dengan lirik lagu yang sekarang lagi hits, sakitnya tuh disini.
Cerita suka duka sang gadis saat berada di jurusan PGSD Unesa ini tidak cukup dituangkan pada tiga lembar kertas saja. Kesimpulannya adalah mahasiswa jurusan PGSD harus tetap strong, berjuang untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya agar bermanfaat, berkembang, dan pada akhirnya mengabdi. Lalu di ending cerita setiap individu yang menggali pengetahuan, relasi, dan pengalaman di jurusan favorit ini akan menjadi manis. Tidak abal-abal. Marah, benci, malu, cinta, dan bahagia hanyalah sebuah rasa yang tak memihak pada kebenaran atau kesalahan. Rasa itu hanya satu yang mampu menyentuhnya. Ialah hati… Cerita pendek tersebut adalah sebuah kisah nyata yang dialami salah satu mahasiswi jurusan PGSD Unesa. Namun demi kebaikan bersama, saya tidak dapat menyampaikan jati diri dari gadis manis yang sedang mengalami pengalaman nano-nano itu. Hanya dia ingin, kisahnya ditulis pada cerita saya ini untuk dijadikan kenangan. Semoga bisa menghibur dan menjadi pembelajaran bagi pembaca.
Ini nih alamat facebook yang berisi pengumuman tulisanku lolos. Hehehe.

Pertemuan Singkat Dengan Kakek Berinisial D.K.

Hai guys, untuk mengawali postingan mengenai blog "baru" bin "darurat" ini, aku akan mem-post curhatanku yang sempet aku tulis di facebook. Curhatan kali ini tentang unek-unek tentang orang yang sama sekali nggak aku kenal tiba-tiba ngasih wejangan "panas" bak mencuci otak aku yang pas banget kebetulan lagi didera flu. To the point aja deh, cekidot >_<
Pulang ke Kediri naik kereta tiba-tiba ada kakek-kakek duduk disampingku lalu bercerita tentang pengalamannya yang sudah keliling Indonesia. Uhh, merasa kecil diri diri ni bagai kerikil ditendang ke sungai bermuara ke laut nyangkut di kutub dan membatu jadi es. Subhanallah. Terasa terhakimi di gerbong nomer satu, bagaimana tidak, semua penumpang diam, dan kakek itu terus bercerita dengan suaranya yang serak. Percakapan dimulai dari kritik pedas tentang kuliahku. Dari sampai mengapa aku pilih jurusanku sekarang sampek menghina-hina profesi guru. Sekarang orang sukses kadang lupa sama guru. Batinku. Pak, Anda bisa jadi komikus, bankir, dosen, sama akuntan juga dulunya sekolah kan? Dididik guru juga kan? Kok sekarang menghina guru. Malah menantang guru mana yang sakit hatinya bapak bilang gini. Seolah-olah kenakalan remaja, siswa banyak yang nggak lulus UNAS, sepenuhnya salah guru. Sepanjang perjalanan aku membatin dalam hati, tak membalas bercerita. Hanya menjawab seperlunya saat ditanya. Badanku yang panas karena flu, makin panas karena diajak berlogika tak jelas arah. Sayang caranya menghargai orang lain itu dengan cara tidak menghargai.
Sejenak terbesit pikiran, begitu mudahnya jalur pendidikanku ini untuk dikenali sehingga mudah dikritisi, mudah dikomentari, mudah di'----'. Coba orang itu nanya pada mahasiswa yang jurusannya lebih baru, apa orang itu juga tau, komentar juga kah? Terbukti, saat mbak-mbak di depanku ditanya, jurusan farmasi. Bagus. Dia nggak komentar. Bahkan dia bertanya,"Kalau jurusan Farmasi selain jadi apoteker jadi apa? Saya kurang tau". Subhanallah, seolah-olah orang itu sudah bisa menebak jalan hidupku, kelak bakalan jadi apa, tidak demikian pada orang lain. Yah, aku cuma mengangguk melihat pemandangan di luar jendela kereta. Sungguh salut sama orang itu, punya lima sahabat yang akrab sampek naik kereta aja lima tahun gratis nggak mbayar, kos juga nggak mbayar, sampai sekarang mengaku sukses jadi dosen di universitas swasta. Klimaksnya malu sungguh malu aku ditanya soal hobi. Aku jawab hobiku baca. Udah ditampik lagi kalau baca itu bukan hobi. Hobi itu yang menghasilkan prestasi, seperti basket, voli, sepak bola, dll. Katanya, aku sama saja tidak punya hobi sama sekali dan menurutnya itu adalah kesalahan terbesar karena aku gak punya hobi. Subhanallah. Pengen aku walk out dari kursi panas nomer 21A gerbong satu KA Rapih Doho. Aku mulai bernafas lega dan demam dibadanku serasa turun perlahan saat kakek itu tidur. Aku melihatnya tidur. Polos. Semangatnya sungguh berkobar di usia yang hampir mendekati 'bonus hidup'. Cara memotivasinya padat, pola pikirnya cadas, pandangan politiknya keras kurasakan saat aku sedang demam dan flu seperti ini.

Begitulah ceritanya pertemuan singkat dengan kakek-kakek yang sempat menunjukkan padaku kartu nama yang ada di dompetnya. Sehingga aku tau namanya dan untuk kebaikan semua pihak, nama kakek-kakek itu tidak aku sebarluaskan. Hohoho. Ok guys, setelah aku curhat panjang lebar di facebook. Ternyata banyak yang "like" dan komentar. Nah, salah satu komentar datang dari pembina KMD yang sempat berkenalan dengan aku pas di kegiatan KMD dulu. Beliau berkomentar,"ap yg d ceritakan mrpkn intropeksi kelak jdi guru..memang kita akui ada sebagian guru hanya sekedar mngajar bukan mendidik..Guru mulya krn mendidik dg hati bukan hx materi...smga guru2 termulyakan." Ternyata aku bisa lebih membuka pikiran dan lebih legowo mencerna "sesuatu" disaat aku sedang sakit flu seperti ini. "iya Pak, Nang. Tapi saya kurang setuju, Pak, sama beliaunya yang bilang banyak kenakalan remaja, siswa nggak lulus UNAS itu semuanya salah guru. Beliaunya itu seolah-olah mengkambinghitamkan guru ya, mencari-cari kesalahan pada siapa. Bolak-balik di ujung kalimat mesti disisipkan kata 'siapa yang salah kalo begini'. Bukannya kalau ada masalah harus saling instrospeksi, tidak asal cari 'siapa yang salah'. Ah, sungguh selayang pandang dibuang sayang, Pak. Ini saya jadikan pengalaman, maka dari itu saya sulap jadi status facebook", balasku.