Disela-sela tugas kuliah yang bejibun aku
iseng-iseng ikut lomba menulis yang diadakan di jurusan aku kuliah. Aku kuliah
di jurusan PGSD, Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Aku sama sekali nggak menduga
naskahku lolos seleksi dan akan diterbitkan. Seneng sih, tapi campur malu.
Masak curhat diterbitkan jadi buku. Yang benar saja? Pikirku. Hahaha. Naskah
iseng yang akhirnya lolos diterbitkan dan dapat merchindise jadi Selayang Pandang
Sayang Dibuang jika tidak ditulis di blog ini. Aduh aku lupa, isinya tulisanku
dulu apa. Dibaca dari judulnya sih keinget samar-samar isi tulisanku itu adalah
hal-hal yang, ehm... konyol. Aku mengawang-awang, mengingat-ingat detail
tulisanku. Tapi aku nggak inget jalan ceritanya saking isengnya nulis sampek
lupa. Aku lanjutkan melihat langit-langit genting rumah, menerawang selembar uang
kertas lima ribuan, kali aja ingat. Tetep aja nggak ingat juga. Akhirnya aku
buka sajalah filenya ketimbang penasaran. Let’s read!
Hijab
Peredam Suara dan Mantel Berjalan Di Jurusan PGSDku Tercinta
Diam-diam
menghanyutkan. Nah, itu dia istilah yang pantas disematkan di Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Surabaya. Betapa tidak,
jurusan yang sarat akan ilmu pedagogis ini setiap tahun selalu memberi
kontribusi nyata dalam mengharumkan nama Universitas Negeri Surabaya, khususnya
Fakultas Ilmu Pendidikan. Pada tahun ini banyak even dalam bidang pendidikan
nasional maupun internasional yang harus diwakili oleh pejuang-pejuang jurusan
PGSD Unesa. Pada tahun ini, salah satu mahasiswa PGSD Unesa terbang ke Thailand
untuk studi banding pendidikan. Contoh lain salah satu mahasiswi PGSD Unesa
bertitel relawan disabilitas juga turut serta terbang ke negeri gajah putih
untuk studi banding penyelenggaraan pendidikan bagi kaum disabilitas. Bukan
rahasia lagi kalau jurusan PGSD adalah gudangnya mahasiswa berprestasi. Menjadi
mahasiswa PGSD adalah kebanggaan tersendiri apalagi sekarang sudah berjalan di
semester lima. Kondisi yang dialami mahasiswa semester lima sangat berbeda
dengan kondisi yang dirasakan saat menjadi maba. Namun mahasiswa semester lima
dengan mahasiswa semester satu alias maba tetap ada kesamaan. Kesamaanya adalah
mahasiswa semester lima juga dapat julukan ‘maba’ akronimnya adalah mahasiswa
bau skripsi. (-_-‘)
Baiklah, to
the point saja. Ceritanya ada gadis manis merantau ke kota pahlawan ini untuk
menuntut ilmu. Gadis dari desa antah berantah tersebut bangga masuk ke jurusan
PGSD Unesa. Bagaimana tidak, dia diterima lewat jalur undangan jadi masuk
jurusan PGSD Unesa bebas tes. Kebahagiaannya bertambah karena ternyata beberapa
temannya yang dulu dari SMA juga ikut masuk ke jurusan impiannya itu. Gadis
manis berhijab itu merasa memiliki teman seperjuangan. Ceileee... Pertama masuk
kuliah diawali dengan kegiatan ospek yang cukup menguras fisik dan otak. Namun
hal itu tidak begitu dianggap berat oleh si gadis manis ini. Suatu ketika,
panitia ospek memberitahukan bahwa peserta ospek harus mematuhi peraturan jika
tidak maka peserta ospek akan dijatuhi hukuman-hukuman yang sarat akan derita.
Idih, serem banget sih! Pada saat itu panitia ospek menginstruksikan bahwa
peserta ospek yang memakai hijab harus memakai hijab berwarna putih dan tidak
transparan. Hijab yang dimiliki si gadis adalah hijab putih polos transparan.
Si gadis tersebut takut kena hukuman. Akhirnya, si gadis menggeledah seluruh
isi lemari kosnya untuk mencari kain putih. Hijab mana, hijab mana, hijab mana,
dimanaaa... dimanaaa. Karena yang dicari tidak ada akhirnya ia pergi membeli
beli kain putih, bukan kain kafan, tapi kain putih seragam sekolah lalu
menjahitkannya di tailor terdekat untuk dibentuk menjadi hijab persegi.
Keesokan harinya si gadis tersebut memakainya untuk ospek. Tampilannya berubah
mirip siswa madarasah tsanawiyah. Masalah mulai muncul saat maba lain berbicara
kepadanya.
A : Hai, kenalan dong! Nama kamu siapa?
(sambil mengulurkan tangan)
Gadis : Apa? Kamu bilang apa? Maaf nggak
kedengeran?
A : Nama kamu siapa? (tetap tersenyum)
Gadis : Oh, nama. Nama aku Gadis. Nama kamu siapa?
(membalas jabat tangan)
A : Aku A. Salam kenal ya! Kamu dari
jurusan apa?
Gadis : Dari Kediri.
A : Ha, Kediri. (kaget) Kamu sakit? Suara
kamu lirih banget? (lalu pergi)
Gadis : (poker face)
Ups! banyak
maba yang mengira si gadis adalah anak aneh karena dia berlagak tuli layaknya
H. Bolot, argumen tersebut ditunjang dengan penampilan gadis yang memakai hijab
tebal layaknya siswa pondok. Penampilannya jauh dari kesan sosok mahasiswa.
Saat itu dia mengendorkan peniti hijabnya dan suara samar-samar terdengar
jelas. Sejak saat itu hijab ajaib peredam suara dilipat rapi dan disimpan di
lemari kos sang gadis seiring dengan kenangan lucu ini yang disimpannya dalam
hati. Bila ingat akan hal itu, dia akan senyam senyum sendiri. Nah, agar tidak
senyam senyum sendirian dia berniat untuk menuangkan kenangannya saat ospek di
cerita ini dan berkeinginan untuk membagikan cerita lucu ini pada khalayak luas
jauh sampai di pelosok negeri.
Keesokan
paginya sang gadis memulai kegiatan perkuliahan. Tik...tik...tik... rinai hujan
turun terdengar suaranya di genting kos si gadis. Si gadis kebingungan untuk
pergi ke kampus untuk mengikuti kuliah di jurusan PGSD. Letak kos si gadis
dengan jurusan PGSD cukup jauh, sekitar 2,5 kilometer. Tiap harinya sang gadis
pergi ke kampus dengan menggunakan sepeda kayuh warna biru. Si gadis berniat
untuk jalan kaki ke kampus dengan memakai payung. Namun niat itu diurungkan
karena payung yang dipunyai sanga gadis berukuran mungil sedangkan sang gadis
harus berbagi payung dengan sahabat karibnya. Sang gadis kebingungan, lima
menit berlalu dia hanya termenung memikirkan bagaimana caranya untuk pergi ke
kampus. Sang gadis enggan menerobos hujan karena ia takut sakit. Sementara itu
rintik-rintik hujan kian detik kian deras saja. Tetangga kamar kos sang gadis
sudah pergi ke kampus dengan motornya masing-masing. Jam tangan menunjukkan
pukul 06:55, lima menit lagi perkuliahan dimulai. Cling! Ide pun muncul. Memang
terbukti benar kalau ide itu muncul disaat-saat kritis dan terdesak. Hahahay.
Sang gadis memakai mantel yang dibelinya saat ospek dulu untuk pergi ke kampus.
Dan memutuskan untuk pergi ke kampus dengan berjalan kaki karena memakai mantel
dengan mengendarai sepeda kayuh akan merepotkan dan membahayakan. Keluar dari
gerbang kos, awalnya sang gadis pede-pede saja dengan penampilannya namun
suasana berubah saat negara api menyerang. Banyak orang disekitar jalan yang
menertawakan penampilan sang gadis yang berjalan dengan memakai mantel. Saat
sang gadis melewati jejeran warung-warung pinggir jalan, mas-mas yang ada di
warung banyak yang menertawakannya karena penampilannya yang seperti mantel berjalan.
Sang gadis malu dan meminta temannya untuk mengabadikan momen aneh tersebut.
Sesampainya di kampus, sang gadis memberitau fotonya kepada teman-temannya di
kelas. Semua temannya tertawa melihat foto ‘mantel berjalan’ itu.
Jurusan
PGSD adalah jurusan yang istimewa, kaya akan ekstrakulikuler. Saat teman lain
yang kuliah di universitas atau perguruan tinggi lainnya tidak ada
ekstrakulikuler, di jurusan PGSD ada. Mulai dari pramuka, tari, paskib, basket,
futsal, aerobik, dan lain-lain. Ini nih
yang membuat sang gadis makin sayang sama jurusan yang paling banyak peminatnya
ini. Jurusan PGSD memberi si gadis banyak pengalaman dan wawasan. Saat pertama
kali masuk PGSD, si gadis berpostur tubuh mungil ini bertanya sama saudaranya
yang barusan lulus PGSD Unesa. Saat sang gadis bertanya tentang bagaimana
berkuliah di PGSD Unesa, saudaranya jawab kalau di PGSD kuliahnya sulit, dosen
ngasih nilainya pelit, dan yang membuat sang gadis parno adalah saudaranya sang
gadis tersebut bilang bahwa dosen tidak memberikan nilai A kalau mahasiswanya
tidak cantik. Awalnya sang gadis merasa minder berkuliah di jurusan PGSD. Dalam
hati kecil sang gadis dirinya sadar bahwa dirinya nggak secantik saudaranya
itu. Bila dipikir dengan nalar, seorang guru haruslah penampilannya cantik. Namun seiring berjalannya sang gadis
berkuliah di jurusan PGSD Unesa, celotehan saudaranya tersebut tidak terbukti.
Bahkan sang gadis banyak mendapatkan nilai A di transkrip nilainya. Sang gadis
yakin bahkan semua mahasiswa dan mahasiswi di jurusan PGSD Unesa yakin bahwa
dosen jurusan PGSD memberikan nilai yang objektif.
Semester
awal telah terlampaui, sang gadis berkuliah di jurusan PGSD dengan aman
terkendali. Namun suatu hari, sang gadis menemui seorang dosen yang suka
bercanda. Selama satu semester ini sang gadis harus belajar bersama dosen
tersebut. Sebenarnya sang gadis sudah pernah bertemu dengan dosen tersebut pada
saat semester awal. Namun cuma sekedar bertemu, tidak menjalani perkuliahan
dengan beliau. Saat itu kesan pertama bertemu sang gadis dijuluki ‘semampai’
yang akronimnya ‘semeter tak sampai’. Sontak teman-teman sekelas sang gadis
menertawakan sang gadis. Gadis pun cuek-cuek saja dan menganggap hal tersebut
hanya guyonan belaka. Tapi suatu hari, sang gadis merasa sangat malu dengan
sikap dosen tersebut. Suatu hari sang gadis berjalan menuju gerbang jurusan
PGSD Unesa. Kebetulan dosen tersebut sedang bercengkrama dengan dosen yang
lainnya. Awalnya sang gadis hendak berjabat tangan dengan dosen tersebut, namun
dia mengurungkan niatnya karena sang dosen sedang serius berbicara dengan dosen
lainnya. Sang gadis memutuskan untuk tersenyum dan mengangguk hormat kepada
dosen itu. Tanpa membalas senyuman, dosen tersebut meneriaki sang gadis dengan
teriakan “Ndek, Pendek!” dengan keras. Lantas sang gadis menghentikan
langkahnya dan menyahut “Saya, Pak?”. Dosen tersebut langsung menertawai sang
gadis dan berkata “Ternyata kamu sadar kalau kamu pendek. Ndek, Pendek!”
diiringi gelak tawa dari dosen-dosen yang lainnya. Sang gadis pun tersenyum
simpul dan meneruskan langkahnya memasuki gerbang jurusan PGSD Unesa. Sang
gadis merasa malu dipermalukan oleh dosen di depan dosen lainnya. Sebenarnya
sang gadis sadar bahwa tubuhnya tidak begitu tinggi seperti orang yang yang
sama umurnya. Namun, dipanggil dengan julukan tersebut hati sang gadis teriris
sakit. Guratan hati gadis pas dengan lirik lagu yang sekarang lagi hits,
sakitnya tuh disini.
Cerita suka
duka sang gadis saat berada di jurusan PGSD Unesa ini tidak cukup dituangkan
pada tiga lembar kertas saja. Kesimpulannya adalah mahasiswa jurusan PGSD harus
tetap strong, berjuang untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya agar bermanfaat,
berkembang, dan pada akhirnya mengabdi. Lalu di ending cerita setiap individu
yang menggali pengetahuan, relasi, dan pengalaman di jurusan favorit ini akan
menjadi manis. Tidak abal-abal. Marah, benci, malu, cinta, dan bahagia hanyalah
sebuah rasa yang tak memihak pada kebenaran atau kesalahan. Rasa itu hanya satu
yang mampu menyentuhnya. Ialah hati… Cerita pendek tersebut adalah sebuah kisah
nyata yang dialami salah satu mahasiswi jurusan PGSD Unesa. Namun demi kebaikan
bersama, saya tidak dapat menyampaikan jati diri dari gadis manis yang sedang
mengalami pengalaman nano-nano itu. Hanya dia ingin, kisahnya ditulis pada
cerita saya ini untuk dijadikan kenangan. Semoga bisa menghibur dan menjadi
pembelajaran bagi pembaca.
Ini nih alamat facebook yang berisi pengumuman tulisanku lolos.
Hehehe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar