Selasa, 20 Januari 2015

Niat Iseng, Lolos!

Disela-sela tugas kuliah yang bejibun aku iseng-iseng ikut lomba menulis yang diadakan di jurusan aku kuliah. Aku kuliah di jurusan PGSD, Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Aku sama sekali nggak menduga naskahku lolos seleksi dan akan diterbitkan. Seneng sih, tapi campur malu. Masak curhat diterbitkan jadi buku. Yang benar saja? Pikirku. Hahaha. Naskah iseng yang akhirnya lolos diterbitkan dan dapat merchindise jadi Selayang Pandang Sayang Dibuang jika tidak ditulis di blog ini. Aduh aku lupa, isinya tulisanku dulu apa. Dibaca dari judulnya sih keinget samar-samar isi tulisanku itu adalah hal-hal yang, ehm... konyol. Aku mengawang-awang, mengingat-ingat detail tulisanku. Tapi aku nggak inget jalan ceritanya saking isengnya nulis sampek lupa. Aku lanjutkan melihat langit-langit genting rumah, menerawang selembar uang kertas lima ribuan, kali aja ingat. Tetep aja nggak ingat juga. Akhirnya aku buka sajalah filenya ketimbang penasaran. Let’s read!
Hijab Peredam Suara dan Mantel Berjalan Di Jurusan PGSDku Tercinta
Diam-diam menghanyutkan. Nah, itu dia istilah yang pantas disematkan di Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Surabaya. Betapa tidak, jurusan yang sarat akan ilmu pedagogis ini setiap tahun selalu memberi kontribusi nyata dalam mengharumkan nama Universitas Negeri Surabaya, khususnya Fakultas Ilmu Pendidikan. Pada tahun ini banyak even dalam bidang pendidikan nasional maupun internasional yang harus diwakili oleh pejuang-pejuang jurusan PGSD Unesa. Pada tahun ini, salah satu mahasiswa PGSD Unesa terbang ke Thailand untuk studi banding pendidikan. Contoh lain salah satu mahasiswi PGSD Unesa bertitel relawan disabilitas juga turut serta terbang ke negeri gajah putih untuk studi banding penyelenggaraan pendidikan bagi kaum disabilitas. Bukan rahasia lagi kalau jurusan PGSD adalah gudangnya mahasiswa berprestasi. Menjadi mahasiswa PGSD adalah kebanggaan tersendiri apalagi sekarang sudah berjalan di semester lima. Kondisi yang dialami mahasiswa semester lima sangat berbeda dengan kondisi yang dirasakan saat menjadi maba. Namun mahasiswa semester lima dengan mahasiswa semester satu alias maba tetap ada kesamaan. Kesamaanya adalah mahasiswa semester lima juga dapat julukan ‘maba’ akronimnya adalah mahasiswa bau skripsi. (-_-‘)
Baiklah, to the point saja. Ceritanya ada gadis manis merantau ke kota pahlawan ini untuk menuntut ilmu. Gadis dari desa antah berantah tersebut bangga masuk ke jurusan PGSD Unesa. Bagaimana tidak, dia diterima lewat jalur undangan jadi masuk jurusan PGSD Unesa bebas tes. Kebahagiaannya bertambah karena ternyata beberapa temannya yang dulu dari SMA juga ikut masuk ke jurusan impiannya itu. Gadis manis berhijab itu merasa memiliki teman seperjuangan. Ceileee... Pertama masuk kuliah diawali dengan kegiatan ospek yang cukup menguras fisik dan otak. Namun hal itu tidak begitu dianggap berat oleh si gadis manis ini. Suatu ketika, panitia ospek memberitahukan bahwa peserta ospek harus mematuhi peraturan jika tidak maka peserta ospek akan dijatuhi hukuman-hukuman yang sarat akan derita. Idih, serem banget sih! Pada saat itu panitia ospek menginstruksikan bahwa peserta ospek yang memakai hijab harus memakai hijab berwarna putih dan tidak transparan. Hijab yang dimiliki si gadis adalah hijab putih polos transparan. Si gadis tersebut takut kena hukuman. Akhirnya, si gadis menggeledah seluruh isi lemari kosnya untuk mencari kain putih. Hijab mana, hijab mana, hijab mana, dimanaaa... dimanaaa. Karena yang dicari tidak ada akhirnya ia pergi membeli beli kain putih, bukan kain kafan, tapi kain putih seragam sekolah lalu menjahitkannya di tailor terdekat untuk dibentuk menjadi hijab persegi. Keesokan harinya si gadis tersebut memakainya untuk ospek. Tampilannya berubah mirip siswa madarasah tsanawiyah. Masalah mulai muncul saat maba lain berbicara kepadanya.
A         : Hai, kenalan dong! Nama kamu siapa? (sambil mengulurkan tangan)
Gadis             : Apa? Kamu bilang apa? Maaf nggak kedengeran?
A         : Nama kamu siapa? (tetap tersenyum)
Gadis : Oh, nama. Nama aku Gadis. Nama kamu siapa? (membalas jabat tangan)
A         : Aku A. Salam kenal ya! Kamu dari jurusan apa?
Gadis : Dari Kediri.
A         : Ha, Kediri. (kaget) Kamu sakit? Suara kamu lirih banget? (lalu pergi)
Gadis : (poker face)
Ups! banyak maba yang mengira si gadis adalah anak aneh karena dia berlagak tuli layaknya H. Bolot, argumen tersebut ditunjang dengan penampilan gadis yang memakai hijab tebal layaknya siswa pondok. Penampilannya jauh dari kesan sosok mahasiswa. Saat itu dia mengendorkan peniti hijabnya dan suara samar-samar terdengar jelas. Sejak saat itu hijab ajaib peredam suara dilipat rapi dan disimpan di lemari kos sang gadis seiring dengan kenangan lucu ini yang disimpannya dalam hati. Bila ingat akan hal itu, dia akan senyam senyum sendiri. Nah, agar tidak senyam senyum sendirian dia berniat untuk menuangkan kenangannya saat ospek di cerita ini dan berkeinginan untuk membagikan cerita lucu ini pada khalayak luas jauh sampai di pelosok negeri.
Keesokan paginya sang gadis memulai kegiatan perkuliahan. Tik...tik...tik... rinai hujan turun terdengar suaranya di genting kos si gadis. Si gadis kebingungan untuk pergi ke kampus untuk mengikuti kuliah di jurusan PGSD. Letak kos si gadis dengan jurusan PGSD cukup jauh, sekitar 2,5 kilometer. Tiap harinya sang gadis pergi ke kampus dengan menggunakan sepeda kayuh warna biru. Si gadis berniat untuk jalan kaki ke kampus dengan memakai payung. Namun niat itu diurungkan karena payung yang dipunyai sanga gadis berukuran mungil sedangkan sang gadis harus berbagi payung dengan sahabat karibnya. Sang gadis kebingungan, lima menit berlalu dia hanya termenung memikirkan bagaimana caranya untuk pergi ke kampus. Sang gadis enggan menerobos hujan karena ia takut sakit. Sementara itu rintik-rintik hujan kian detik kian deras saja. Tetangga kamar kos sang gadis sudah pergi ke kampus dengan motornya masing-masing. Jam tangan menunjukkan pukul 06:55, lima menit lagi perkuliahan dimulai. Cling! Ide pun muncul. Memang terbukti benar kalau ide itu muncul disaat-saat kritis dan terdesak. Hahahay. Sang gadis memakai mantel yang dibelinya saat ospek dulu untuk pergi ke kampus. Dan memutuskan untuk pergi ke kampus dengan berjalan kaki karena memakai mantel dengan mengendarai sepeda kayuh akan merepotkan dan membahayakan. Keluar dari gerbang kos, awalnya sang gadis pede-pede saja dengan penampilannya namun suasana berubah saat negara api menyerang. Banyak orang disekitar jalan yang menertawakan penampilan sang gadis yang berjalan dengan memakai mantel. Saat sang gadis melewati jejeran warung-warung pinggir jalan, mas-mas yang ada di warung banyak yang menertawakannya karena penampilannya yang seperti mantel berjalan. Sang gadis malu dan meminta temannya untuk mengabadikan momen aneh tersebut. Sesampainya di kampus, sang gadis memberitau fotonya kepada teman-temannya di kelas. Semua temannya tertawa melihat foto ‘mantel berjalan’ itu.
Jurusan PGSD adalah jurusan yang istimewa, kaya akan ekstrakulikuler. Saat teman lain yang kuliah di universitas atau perguruan tinggi lainnya tidak ada ekstrakulikuler, di jurusan PGSD ada. Mulai dari pramuka, tari, paskib, basket, futsal, aerobik, dan lain-lain.  Ini nih yang membuat sang gadis makin sayang sama jurusan yang paling banyak peminatnya ini. Jurusan PGSD memberi si gadis banyak pengalaman dan wawasan. Saat pertama kali masuk PGSD, si gadis berpostur tubuh mungil ini bertanya sama saudaranya yang barusan lulus PGSD Unesa. Saat sang gadis bertanya tentang bagaimana berkuliah di PGSD Unesa, saudaranya jawab kalau di PGSD kuliahnya sulit, dosen ngasih nilainya pelit, dan yang membuat sang gadis parno adalah saudaranya sang gadis tersebut bilang bahwa dosen tidak memberikan nilai A kalau mahasiswanya tidak cantik. Awalnya sang gadis merasa minder berkuliah di jurusan PGSD. Dalam hati kecil sang gadis dirinya sadar bahwa dirinya nggak secantik saudaranya itu. Bila dipikir dengan nalar, seorang guru haruslah penampilannya cantik.  Namun seiring berjalannya sang gadis berkuliah di jurusan PGSD Unesa, celotehan saudaranya tersebut tidak terbukti. Bahkan sang gadis banyak mendapatkan nilai A di transkrip nilainya. Sang gadis yakin bahkan semua mahasiswa dan mahasiswi di jurusan PGSD Unesa yakin bahwa dosen jurusan PGSD memberikan nilai yang objektif.
Semester awal telah terlampaui, sang gadis berkuliah di jurusan PGSD dengan aman terkendali. Namun suatu hari, sang gadis menemui seorang dosen yang suka bercanda. Selama satu semester ini sang gadis harus belajar bersama dosen tersebut. Sebenarnya sang gadis sudah pernah bertemu dengan dosen tersebut pada saat semester awal. Namun cuma sekedar bertemu, tidak menjalani perkuliahan dengan beliau. Saat itu kesan pertama bertemu sang gadis dijuluki ‘semampai’ yang akronimnya ‘semeter tak sampai’. Sontak teman-teman sekelas sang gadis menertawakan sang gadis. Gadis pun cuek-cuek saja dan menganggap hal tersebut hanya guyonan belaka. Tapi suatu hari, sang gadis merasa sangat malu dengan sikap dosen tersebut. Suatu hari sang gadis berjalan menuju gerbang jurusan PGSD Unesa. Kebetulan dosen tersebut sedang bercengkrama dengan dosen yang lainnya. Awalnya sang gadis hendak berjabat tangan dengan dosen tersebut, namun dia mengurungkan niatnya karena sang dosen sedang serius berbicara dengan dosen lainnya. Sang gadis memutuskan untuk tersenyum dan mengangguk hormat kepada dosen itu. Tanpa membalas senyuman, dosen tersebut meneriaki sang gadis dengan teriakan “Ndek, Pendek!” dengan keras. Lantas sang gadis menghentikan langkahnya dan menyahut “Saya, Pak?”. Dosen tersebut langsung menertawai sang gadis dan berkata “Ternyata kamu sadar kalau kamu pendek. Ndek, Pendek!” diiringi gelak tawa dari dosen-dosen yang lainnya. Sang gadis pun tersenyum simpul dan meneruskan langkahnya memasuki gerbang jurusan PGSD Unesa. Sang gadis merasa malu dipermalukan oleh dosen di depan dosen lainnya. Sebenarnya sang gadis sadar bahwa tubuhnya tidak begitu tinggi seperti orang yang yang sama umurnya. Namun, dipanggil dengan julukan tersebut hati sang gadis teriris sakit. Guratan hati gadis pas dengan lirik lagu yang sekarang lagi hits, sakitnya tuh disini.
Cerita suka duka sang gadis saat berada di jurusan PGSD Unesa ini tidak cukup dituangkan pada tiga lembar kertas saja. Kesimpulannya adalah mahasiswa jurusan PGSD harus tetap strong, berjuang untuk dirinya dan lingkungan sekitarnya agar bermanfaat, berkembang, dan pada akhirnya mengabdi. Lalu di ending cerita setiap individu yang menggali pengetahuan, relasi, dan pengalaman di jurusan favorit ini akan menjadi manis. Tidak abal-abal. Marah, benci, malu, cinta, dan bahagia hanyalah sebuah rasa yang tak memihak pada kebenaran atau kesalahan. Rasa itu hanya satu yang mampu menyentuhnya. Ialah hati… Cerita pendek tersebut adalah sebuah kisah nyata yang dialami salah satu mahasiswi jurusan PGSD Unesa. Namun demi kebaikan bersama, saya tidak dapat menyampaikan jati diri dari gadis manis yang sedang mengalami pengalaman nano-nano itu. Hanya dia ingin, kisahnya ditulis pada cerita saya ini untuk dijadikan kenangan. Semoga bisa menghibur dan menjadi pembelajaran bagi pembaca.
Ini nih alamat facebook yang berisi pengumuman tulisanku lolos. Hehehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar